TUNTUNAN PUASA RAMADHAN

Puasa, yang di dalam bahasa Al-Qur’an  Ash-Shaum/Ash-Shiyam adalah salah satu dari beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan  oleh orang-orang beriman. Firman Allah :

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. البقرة:183

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa seba-gaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu  bertaqwa. [QS. Al-Baqarah  :  183]

1. Pengertian  Ash-Shiyam  (Puasa)

Ash-Shiyam atau Ash-shaum menurut lughah/bahasa,  artinya : “Menahan diri dari melakukan sesuatu“. Seperti firman  Allah :

اِنّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلّمَ اْليَوْمَ اِنْسِيًّا. مريم:26

Sesungguhnya aku telah bernadzar akan  berpuasa  karena Tuhan  Yang  Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seseorang  manusiapun pada hari ini. [QS. Maryam : 26]

Menurut Syara’, ialah :

اَْلاِمْسَاكُ عَنِ اْلأَكْلِ وَ الشُّرْبِ وَ غَشَيَانِ النّسَاءِ مِنَ اْلفَجْرِ اِلىَ اْلمَغْرِبِ اِحْتِسَابًا للهِ وَ اِعْدَادًا لِلنَّفْسِ وَ تَهْيِئَةً لَهَا لِتَقْوَى اللهِ بِاْلمُرَاقَبَةِ وَ تَرْبِيَةِ اْلاِرَادَةِ.

Menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh, mulai fajar hingga Maghrib, karena mengharap ridla Allah dan menyiapkan diri untuk bertaqwa kepada-Nya dengan jalan  mendekatkan  diri kepada Allah dan mendidik kehendak.

اَْلاِمْسَاكُ عَنِ اْلأَكْلِ وَ الشُّرْبِ وَ اْلجِمَاعِ وَ غَيْرِهَا ِممَّا وَرَدَ بِهِ فِى النَّهَارِ عَلَى اْلوَجْهِ اْلمَشْرُوْعِ. وَ يَتْبَعُ ذلِكَ اْلاِمْسَاكُ عَنِ اللَّغْوِ وَ الرَّفَثِ وَ غَيْرِهِمَا مِنَ اْلكَلاَمِ اْلمُحَرَّمِ وَ اْلمَكْرُوْهِ فِى وَقْتٍ مَخْصُوْصٍ بِشَرَائِطَ مَخْصُوْصَةٍ.

Menahan diri dari makan, minum, jima’ dan lain-lain yang telah  diperintahkan kepada kita menahan diri padanya, sepanjang hari  menurut cara yang disyariatkan. Disertai pula menahan diri dari perkataan sia-sia, perkataan keji/kotor dan lainnya dari perkataan yang diharamkan dan dimakruhkan pada waktu yang telah ditentukan serta menurut syarat-syarat yang telah  ditetapkan.

Tegasnya : “PUASA”, ialah : Menahan diri untuk tidak makan, minum termasuk merokok dan bersetubuh dari mulai Fajar hingga terbenam matahari pada bulan Ramadlan karena mencari ridla Allah.

2.  Hukum Ash-Shiyam (Puasa)

Wajib ‘Ain, artinya setiap orang Islam yang telah baligh (dewasa) dan sehat akalnya serta tidak ada sebab-sebab yang dibenarkan agama untuk tidak berpuasa, maka mereka itu wajib melakukannya, dan berdosa bagi yang  meninggalkannya dengan sengaja. Firman Allah :

ياَيُّهَا الَّذِيْنَ امَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ. البقرة:183

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa seba-gaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu  bertaqwa. [QS. Al-Baqarah : 183]

Dan hadits-hadits Rasulullah SAW :

بُنِيَ اْلاِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَ اِقَامِ الصَّلاَةِ وَ اِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَ صِيَامِ رَمَضَانَ وَ حَجّ اْلبَيْتِ. البخارى و مسلم

Islam didirikan atas lima sendi, yaitu 1. Mengakui bahwa tak ada  Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad pesuruh Allah, 2. Mendirikan Shalat, 3. Menunaikan zakat, 4. Berpuasa Ramadlan  dan  5. Berhajji. [HR. Bukhari dan Muslim]

اِنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ ص فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ  اَخْبِرْنِى عَمَّا فَرَضَ اللهُ عَلَيَّ مِنَ الصّيَامِ ! قَالَ: شَهْرُ رَمَضَانَ. قَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهُ ؟ قَالَ: لاَ. اِلاَّ اَنْ تَطَوَّعَ. متفق عليه عن طلحة بن عبيد الله

Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Ya  Rasulullah, saya mohon diterangkan tentang puasa yang diwajibkan oleh Allah kepada saya”. Nabi SAW menjawab, “Puasa di bulan Ramadlan”. Orang itu  bertanya  pula,  “Adakah  puasa yang lain yang  diwajibkan  atas  diri saya ?”. Jawab Nabi SAW, “Tidak, kecuali bila engkau hendak mengerjakan tathawwu’ (puasa sunnah). [HR. Muttafaq ‘Alaih dari Thalhah  bin ‘Ubaidillah]

3. Yang Wajib Berpuasa

Ketentuan-ketentuan orang yang berkewajiban menjalankan puasa di bulan Ramadlan :

a.  Orang Islam, tidak diwajibkan selain orang Islam.

b.  ‘Aqil baligh  (dewasa), bukan anak-anak.

c.  Sehat.

d.  Muqim (berada di daerah tempat tinggalnya/daerah iqomahnya), bukan sebagai musafir.

e.  Kuat, yakni tidak memaksakan diri karena sangat berat dan payah  bila  berpuasa.

f.   Khusus bagi wanita pada waktu suci, artinya tidak sedang haidl atau nifas.

4.  Yang  Membatalkan Puasa

Sepanjang tuntunan Allah dan Rasul-Nya hal-hal yang membatalkan puasa adalah sebagai berikut :

Firman Allah SWT dalam  surat  Al-Baqarah ayat  187,

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصّيَامِ الرَّفَثُ اِلى نِسَاءِكُمْ. هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَ اَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ، عَلِمَ اللهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَ عَفَا عَنْكُمْ، فَلْئنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَ ابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللهُ لَكُمْ، وَ كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا حَتّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلاَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ اْلاَسْوَدِ مِن َاْلفَجْرِ، ثُمَّ اَتِمُّوا الصّيَامَ اِلىَ الَّيْلِ … البقرة:187

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka itu pakaian bagimu, dan kamupun pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi  keringanan kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka  dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang  hitam,  yaitu Fajar.  Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam ….. .  [QS. Al-Baqarah: 187]

Dari ayat tersebut dapat diambil pengertian bahwa yang membatalkan  puasa itu ialah :

a.  Bersetubuh suami-isteri dengan sengaja dan dilakukan pada saat puasa (dari mulai masuk waktu Shubuh hingga masuk waktu Maghrib), padahal mereka  termasuk orang yang berkewajiban puasa.

Dan yang dimaksud dengan “bersetubuh”, ialah masuknya kemaluan laki-laki/suami pada kemaluan wanita/istri. Jadi baik mengeluarkan mani maupun tidak, hukumnya tetap sama. Karena tidak adanya ayat-ayat lain maupun hadits-hadits yang membatasi, bahwa yang dimaksud “bersetubuh” adalah yang mengeluarkan mani, maka ayat itu tetap berlaku sesuai  dengan keumuman  lafadhnya.

b.  Makan dengan sengaja, baik makanan yang mengenyangkan atau tidak.

c.  Minum, baik yang menghilangkan  haus atau tidak, termasuk merokok.

5.  Yang Boleh Tidak Berpuasa dan Wajib Mengganti di hari-hari yang Lain :

a. Orang yang sakit, yang apabila ia tetap berpuasa akan menambah berat atau akan memperlambat kesembuhan sakitnya, sedang sakitnya itu dapat diharapkan kesembuhannya (bukan sakit yang menahun atau sakit yang kronis dan terus-menerus sehingga sulit diharapkan kesembuhannya).

b.  Musafir, ialah : Orang yang sedang bepergian keluar dari daerah iqomahnya, baik dengan perjalanan yang berat dan sukar maupun dengan ringan dan mudah; kesemuanya diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan berkewajiban mengganti di hari yang lain. Berdasarkan firman Allah :

فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ. البقرة:184

Dan barangsiapa diantara kamu yang sakit atau dalam bepergian (musafir) ~maka bolehlah ia berbuka~ dan mengganti di hari-hari  yang lain (sebanyak yang ditinggalkannya). [QS. Al-Baqarah : 184].

وَ مَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ. البقرة:185

Dan barangsiapa yang sakit atau dalam bepergian (musafir) ~maka bolehlah ia berbuka~ dan mengganti di  hari-hari yang lain (sebanyak yang ditinggalkannya). [QS. Al-Baqarah : 185].

6. Batas Waktu Mengganti

Tidak ada ketentuan dalam agama tentang  batas waktu mengganti puasa yang ditinggalkan. Dapat dilaksanakan pada bulan-bulan sesudah selesai Ramadlan tahun itu atau bulan-bulan sesudah Ramadlan tahun  berikutnya.

Tegasnya selama ia masih hidup, kapanpun boleh, tanpa menambah  fidyah atau melipat gandakan puasanya (misalnya hutang satu hari diganti dua hari dan sebagainya). Hanya sebaiknya segera diganti.

7. Yang Boleh  Tidak  Berpuasa  dan Hanya Mengganti  Fidyah  Tanpa  Harus Mengganti Puasa di Hari Yang lain.

Yaitu : Orang-orang yang bila dipaksakan  untuk  berpuasa  masih dapat, tetapi sungguh amat payah sekali dalam melaksanakannya. Perhatikan Firman Allah  :

وَ عَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَه فِدْيَةٌ … البقرة:184

Dan terhadap orang-orang yang bisa berpuasa tetapi dengan  susah payah (boleh tidak berpuasa), wajib membayar fidyah. [QS. Al-Baqarah : 184]

Ayat tersebut umum, maka siapa saja yang walaupun mampu berpuasa tetapi dengan amat payah (rekoso) dalam menjalankannya, maka termasuk yang dimaksud oleh ayat di atas, misalnya :

a.  Wanita yang sedang hamil yang bila berpuasa dikhawatirkan akan  menimbulkan gangguan pada dirinya dan/atau anak yang dikandungnya.

b.  Wanita yang sedang menyusui, baik anaknya sendiri maupun anak orang lain yang diserahkan kepadanya untuk disusui, yang bila dipaksakan untuk berpuasa akan sangat berat bagi dirinya dan/atau bagi anak yang sedang disusuinya itu. Rasulullah SAW bersabda :

اِنَّ اللهَ وَضَعَ عَنِ اْلمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَ شَطْرَ الصَّلاَةِ وَ عَنِ اْلحُبْلَى وَ اْلمُرْضِعِ الصَّوْمَ. احمد عن انس بن مالك الكعبى

Bahwasanya Allah SWT telah membolehkan bagi musafir meninggalkan puasa dan mengqashar shalat, dan Allah telah membolehkan perempuan hamil dan yang sedang menyusui meninggalkan puasa. [HR. Ahmad dari Anas bin Malik Al-Ka’bi].

Dan riwayat dari Ibnu Abbas RA. tentang istrinya yang sedang hamil, katanya :

اَنْتِ ِبمَنْزِلَةِ الَّذِى لاَ يُطِيْقُهُ فَعَلَيْكِ اْلفِدَاءُ وَ لاَ قَضَاءَ عَلَيْكِ. البزار وصححه الدارقطنى

Engkau sekedudukan dengan orang yang amat payah  untuk  berpuasa. Maka wajib atasmu fidyah dan tidak ada qadla’ bagimu. [HR. Al-Bazzar dan dishahihkan oleh Ad-Daruquthni]

Serta riwayat dari Ibnu ‘Umar ketika beliau ditanya oleh seorang wanita Quraisy yang sedang hamil tentang hal puasanya, maka jawab beliau :

اَفْطِرِى وَ اَطْعِمِى كُلَّ يَوْمٍ مِسْكِيْنًا وَ لاَ تَقْضِى. ابن هزم

Berbukalah kamu dan berilah makan tiap hari seorang miskin, dan jangan  mengqadla’nya. [HR. Ibnu Hazm].

c.  Orang yang lanjut usia/orang tua yang apabila berpuasa  akan sangat memayahkannya. Berdasar keumuman ayat (Surat Al-Baqarah ayat  184)  dan riwayat dari Ibnu ‘Abbas sebagai berikut  :

رُخّصَ لِلشَّيْخِ اْلكَبِيْرِ اَنْ يُفْطِرَ وَ يُطْعِمَ وَ لاَ قَضَاءَ عَلَيْهِ. الدارقطنى والحاكم

Orang yang sangat tua, dibenarkan untuk berbuka dan wajib memberikan (fidyah) serta tidak ada qadla’ atasnya. [HR. Ad-Daruquthni dan Al-Hakim].

d.  Orang yang pekerjaannya sangat berat, yang bila tetap berpuasa  walaupun ia kuat akan sangat berat dan memayahkannya. Misalnya : Pengemudi becak, pekerja tambang, karyawan-karyawan pengangkat barang di stasiun, terminal, pelabuhan dan sebagainya.

e.  Orang yang sakit menahun yang (menurut ahli kesehatan) sulit  diharapkan sembuhnya, atau walaupun sembuh tetapi memakan waktu  yang  lama  sekali.

f.   Siapa saja yang karena kondisi badannya atau sebab-sebab lain akan amat berat sekali bila berpuasa, walaupun bila dipaksa akan kuat juga.

Untuk nomor d), e) dan f), ini pun dasarnya adalah keumuman lafadh dari ayat 184 surat  Al-Baqarah diatas.

Semua yang tersebut diatas, boleh tidak berpuasa dan wajib membayar fidyah tanpa harus mengganti puasa di hari yang lain.

8.  Yang Wajib Untuk Tidak Berpuasa dan Wajib Mengganti  Dengan Puasa di Hari Yang lain.

Yaitu khusus bagi wanita yang sedang haidl atau nifas. Berdasar riwayat  :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كُنَّا نَحِيْضُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَ لاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ. الجماعة عن المعاذة

Dari ‘Aisyah, bahwa ia berkata, “Adalah kami haidl dimasa Rasulullah SAW maka kami diperintahkan supaya mengqadla (mengganti) puasa dan kami tidak diperintahkan  mengqadla’ shalat”. [HR. Al-Jama’ah dari Al-Mu’adzah]

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Sa’id, bahwa Nabi SAW bersabda:

اَلَيْسَ اِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلّ وَ لَمْ تَصُمْ؟ فَذلِكَ مِنْ نُقْصَانِ دِيْنِهَا. البخارى 2: 239

Bukankah apabila seorang wanita itu haidl, ia tidak shalat dan tidak berpuasa ? Itulah dari kekurangan agamanya. [HR. Bukhari juz 2, hal. 239]

1. Pengertian  Sahur

Sahur, ialah makanan yang dimakan pada waktu sahar. Sahar menurut bahasa ialah “Nama bagi akhir suku malam dan  permulaan  suku  siang“. Lawannya ialah : Ashil, akhir suku siang.

Menurut Az-Zamakhsyari, dinamai waktu Sahar dengan Sahar karena ia adalah waktu berlalunya malam dan datangnya siang. Dengan demikian, jelaslah bahwa Sahar bukanlah satu atau dua jam sebelum terbit fajar, namun yang dimaksud adalah nama waktu pergantian siang dan malam.

Jadi apabila kita makan pada jam 24.00 (jam 12 malam) atau sedikit setelah itu tidaklah dapat dinamakan “Bersahur (mengerjakan makan Sahur)”.

Adapun yang dinamakan makan Sahur adalah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW pada riwayat di bawah ini :

عَنْ اَنَسٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ: تَسَحَّرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ ص : ثُمَّ قُمْنَا اِلىَ الصَّلاَةِ. قُلْتُ: كَمْ كَانَ قَدْرُ مَا بَيْنَهُمَا ؟ قَالَ: قَدْرَ خَمْسِيْنَ ايَةً. احمد و البخارى و مسلم

Dari Anas dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Kami pernah bersahur bersama Rasulullah SAW kemudian kami mengerjakan shalat (Shubuh)”. Aku (Anas) bertanya kepada Zaid. “Berapa tempo antara keduanya ?”.  Zaid  menjawab, “Sekadar 50 ayat Al-Qur’an”. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim].

2.  Hikmah Sahur

Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Sa’id  bahwa Nabi SAW bersabda :

اَلسَّحُوْرُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَ لَوْ اَنْ يَجْرَعَ اَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَاِنَّ اللهَ وَ مَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى اْلمُسَحّرِيْنَ. احمد

Sahur itu suatu berkah. Maka janganlah kamu meninggalkannya,  walaupun hanya dengan meneguk seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat atas orang yang bersahur. [HR. Ahmad]

Diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Amr bin ‘Ash bahwa Rasulullah SAW bersabda :

فَصْلُ مَابَيْنَ صِيَامِنَا وَ صِيَامِ اَهْلِ اْلكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ. مسلم

Yang membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab ialah makan sahur. [HR. Muslim].

3.  Keraguan  Tentang Waktu Sahur

Bila seseorang ragu apakah telah habis waktu ataukah belum, maka ia diperbolehkan makan dan minum hingga nyata-nyata baginya bahwa waktu sahur  telah  habis dan masuk waktu shubuh. Firman Allah :

وَ كُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ اْلفَجْرِ. البقرة:187

Dan makanlah, minumlah, sehingga nyata kepadamu benang putih dari pada benang  hitam yaitu Fajar. [QS. Al Baqarah : 187]

Dari ayat di atas jelaslah bahwa Allah memperkenankan makan dan minum, sehingga nyata benar terbitnya Fajar.

4.  Adab Berbuka

Diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, Muslim dan Abu Dawud dari Sahl bin  ‘Adi, bahwa Rasulullah SAW bersabda  :

لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا اْلفِطْرَ. احمد والبخارى ومسلم وابوداود

Senantiasalah manusia dalam kebajikan selama mereka segera berbuka“.

Diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda :

يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ: اِنَّ اَحَبَّ عِبَادِى اِلَيَّ اَعْجَلُهُمْ فِطْرًا. الترمذى

Berfirman Allah ‘Azza wa Jalla (artinya), “Yang paling Ku sayangi dari hamba-hamba-Ku, ialah yang paling segera berbuka”. [HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah].

Diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr dari Anas bin Malik, katanya :

مَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ ص قَطُّ صَلَّى صَلاَةَ اْلمَغْرِبِ حَتَّى يُفْطِرَ وَ لَوْ عَلَى شُرْبَةِ مَاءٍ. ابن عبد البر عن انس بن مالك

Tidak pernah aku melihat walau sekali Rasulullah SAW shalat  Maghrib lebih dahulu sebelum berbuka, walaupun hanya dengan seteguk air. [HR. Ibnu ‘Abdil Barr dari Anas bin Malik]

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ahmad dan Tirmidzi dari Anas, sbb :

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ اَنْ يُصَلّىَ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَاِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ. ابوداود و احمد و الترمذى

Dari Anas bin Maalik, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW berbuka dengan kurma basah sebelum shalat (Maghrib), jika tidak ada kurma basah, maka beliau berbuka dengan kurma kering, dan jika tak ada kurma kering, beliau menyendok beberapa sendok air. [HR. Abu Dawud, Ahmad dan Tirmidzi]

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص يُحِبُّ اَنْ يُفْطِرَ عَلَى ثَلاَثِ تَمَرَاتٍ اَوْ شَىْءٍ لَمْ تُصِبْهُ النَّارُ. ابو يعلى عن انس

Adalah Rasulullah SAW suka berbuka puasa dengan tiga biji korma atau sesuatu yang tidak  dimasak dengan api. [HR. Abu Ya’la dari Anas]

Rasulullah SAW bersabda :

اِذَا اَفْطَرَ اَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ، فَاِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ فَاِنَّهُ طَهُوْرٌ. ابو داود و الترمذى عن سليمان بن عامر

Apabila seseorang diantara kalian berbuka, maka hendaklah ia berbuka dengan korma. Jika ia tidak  memperoleh korma, hendaklah ia berbuka dengan air, karena air itu bersih dan membersihkan. [HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dari Sulaiman bin ‘Amir]

Kesimpulan :

Hadits-hadits di atas menerangkan kepada kita, bahwa apabila kita berbuka puasa maka disunatkan untuk :

1.  Menyegerakan  berbuka.

2.  Sebelum shalat Maghrib kita berbuka dahulu walaupun dengan seteguk air.

3.  Berbuka dengan tiga biji korma, bila tidak ada, dengan sesuatu makanan yang manis dan tidak dimasak dengan api. Seperti : pisang, kates, nanas dan  lain-lain.

4.  Bila tidak ada buah-buahan maka disunatkan kita untuk berbuka  dengan  air.

5. Dan dikala berbuka dituntunkan untuk membaca do’a seperti berikut :

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَ ابْتَلَّتِ اْلعُرُوْقُ وَ ثَبَتَ اْلاَجْرُ اِنْ شَاءَ اللهُ. ابو داود2: 306، عن ابن عمر

Haus telah hilang, urat-urat telah basah dan semoga pahala tetap didapatkan. Insya Allah. [HR. Abu Dawud juz 2,  hal. 306, dari Ibnu Umar]

SEKITAR RAMADLAN

Hadits-hadits Sekitar Puasa Ramadlan.

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. البخارى و مسلم

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Nabi SAW bersabda, Barangsiapa berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [HR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ. البخارى 2: 251

Dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa bangun (shalat malam) pada bulan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. [HR. Bukhari 2 : 251]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اَلصّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَ لاَ يَجْهَلْ وَ اِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ اَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ اِنّى صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ. وَ الَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ اَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ اْلمِسْكِ يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَ شَرَابَهُ وَ شَهْوَتَهُ مِنْ اَجْلِى. اَلصّيَامُ لِى وَ اَنَا اَجْزِى بِهِ وَ اْلحَسَنَةُ بِعَشْرِ اَمْثَالِهَا. البخارى 2 : 226

Dari Abu Hurairah RA  bahwasanya Rasulullah SAW  bersabda, Puasa itu perisai, maka janganlah ia berkata-kata keji dan jangan berbuat kebodohan. Jika ia dimusuhi atau di caci maki oleh seseorang maka katakanlah, ”Sesungguhnya saya ini sedang berpuasa. (dua kali). Demi Dzat yang diriku di tangan-Nya sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dari pada bau kasturi”. (Firman Allah), “Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena Aku. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya, sedang kebaikan itu (dibalas) dengan sepuluh kali lipat”. [HR. Bukhari 2 : 226]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قَالَ اللهُ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ اِلاَّ الصّيَامَ فَاِنَّهُ لِيْ وَ اَنَا اَجْزِى بِهِ، وَ الصّيَامُ جُنَّةٌ. وَ اِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ اَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَ لاَ يَصْخَبْ فَاِنْ سَابَّهُ اَحَدٌ اَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ اِنّى امْرُؤٌ صَائِمٌ. وَ الَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ اَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ اْلمِسْكِ. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا، اِذَا اَفْطَرَ فَرِحَ وَ اِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ. البخارى 2: 228

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Allah berfirman, Setiap amal anak Adam itu untuknya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku akan membalasnya. Puasa itu perisai. Apabila salah seorang diantara kalian berpuasa pada suatu hari, maka janganlah berkata keji dan jangan berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci makinya atau menyerangnya maka hendaklah ia mengatakan, ”Sesungguhnya saya sedang berpuasa. Demi Dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, sungguh bau mulutnya orang yang berpuasa itu di sisi Allah lebih harum dari pada bau kasturi. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan yang dirasakannya, yaitu apabila ia berbuka, bergembira karena bukanya, dan apabila ia bertemu dengan Tuhannya, bergembira karena puasanya. [HR. Bukhari 2 : 228]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتّحَتْ اَبْوَابُ اْلجَنَّةِ وَ غُلّقَتْ اَبْوَابُ النَّارِ وَ صُفّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ. مسلم 2: 758

Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Apabila bulan Ramadlan datang maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaithan-syaithan dibelenggu. [HR. Muslim juz 2, hal. 758]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض يَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتّحَتْ اَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَ غُلّقَتْ اَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَ سُلْسِلَتِ الشَّيَاطِيْنُ. مسلم 2 : 758

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Apabila bulan Ramadlan tiba dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutuplah pintu-pintu jahannam, dan syaithan-syaithan dirantai. [HR. Muslim juz 2, hal. 758]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: لَمَّا حَضَرَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهِ اَبْوَابُ اْلجَنَّةِ وَ يُغْلَقُ فِيْهِ اَبْوَابُ اْلجَحِيْمِ وَ تُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ، فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ. مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ. احمد 2: 230، انقطاع

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Ketika tiba bulan Ramadlan Rasulullah SAW bersabda, Telah datang pada kalian bulan Ramadlan, bulan yang diberkahi, Allah mewajibkan kepada kalian berpuasa pada bulan itu, ketika itu pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka Jahim ditutup, dan syaithan-syaithan dibelenggu. Dalam bulan itu ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalang dari kebaikan-kebaikannya, maka sungguh dia telah terhalang (dari segala kebaikan)”.  [HR. Ahmad juz 2, hal. 230, munqathi’]

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ رَمَضَانَ شَهْرٌ افْتَرَضَ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ صِيَامَهُ وَ اِنّى سَنَنْتُ لِلْمُسْلِمِيْنَ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ اِيْمَانًا وَ احْتِسَابًا خَرَجَ مِنَ الذُّنُوْبِ كَيَوْمَ وَلَدَتْهُ اُمُّهُ. احمد. ضعيف لان فى سنده النضر بن شيبان

Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Ramadlan adalah bulan dimana Allah Azza wa Jalla mewajibkan puasa padanya, dan aku mensunnahkan shalat malam untuk kaum muslimin, maka barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadlan karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka ia keluar dari dosa-dosanya sebagaimana ketika ibunya melahirkannya. [HR. Ahmad dari ‘Abdurrahman juz 1, hal. 195, dla’if karena dalam sanadnya ada An-Nadlr bin Syaiban]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَ اْلعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ ِللهِ حَاجَةٌ فِى اَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَ شَرَابَهُ. البخارى 2: 228

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Barangsiapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan perbuatan dusta, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya. [HR. Bukhari juz 2, hal. 228]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ ص اَجْوَدَ النَّاسِ بِاْلخَيْرِ وَ كَانَ اَجْوَدُ مَا يَكُوْنُ فِى رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ وَ كَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِى رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِخَ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ ص اْلقُرْآنَ، فَاِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ اَجْوَدَ بِاْلخَيْرِ مِنَ الرّيْحِ اْلمُرْسَلَةِ. البخارى 2: 228

Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Adalah Nabi SAW orang yang paling dermawan diantara manusia pada kebaikan. Dan beliau paling pemurah pada bulan Ramadlan, ketika Jibril bertemu beliau, dan Jibril AS bertemu beliau pada tiap malam di bulan Ramadlan hingga selesai. Nabi SAW menyimakkan Al-Quran kepadanya. Maka apabila Jibril  AS menemui beliau, beliau adalah sangat dermawan dalam kebaikan, lebih murah dari pada angin yang terlepas. [HR. Bukhari juz 2, hal. 228]

عَنْ سَهْلٍ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِنَّ فِى اْلجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ اَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ: اَيْنَ الصَّائِمُوْنَ؟ فَيَقُوْمُوْنَ لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ اَحَدٌ غَيْرُهُمْ. فَاِذَا دَخَلُوْا اُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ اَحَدٌ. البخارى 2 : 226

Dari Sahl RA dari Nabi SAW beliau bersabda, Sesungguhnya di dalam surga terdapat pintu yang disebut Rayyan, yangmana besok pada hari qiyamat orang-orang yang berpuasa masuk dari pintu itu. Dan tidak ada seorangpun yang masuk dari pintu itu selain mereka. Dikatakan, ”Dimanakah orang-orang yang berpuasa ?. Maka mereka berdiri, tidak ada seorangpun selain mereka yang masuk darinya. Apabila mereka sudah masuk, maka pintu itu ditutup sehingga tidak ada seorangpun yang masuk darinya. [HR. Bukhari 2 : 226]

عَنْ اَبِى الدَّرْدَاءِ رض قَالَ: خَرَجْنَا مَعَ النَّبِيّ ص فِى بَعْضِ اَسْفَارِهِ فِى يَوْمٍ حَارّ حَتَّى يَضَعَ الرَّجُلُ يَدَهُ عَلَى رَأْسِهِ مِنْ شِدَّةِ اْلحَرّ وَ مَا فِيْنَا صَائِمٌ اِلاَّ مَا كَانَ مِنَ النَّبِيّ ص وَ ابْنِ رَوَاحَةَ. البخارى 2: 238

Dari Abud Darda’ RA, ia berkata, Kami keluar bersama Nabi SAW dalam sebagian perjalanan beliau di hari yang sangat panas sehingga seseorang meletakkan tangannya diatas kepalanya karena sangat panas. Diantara kami tidak ada yang berpuasa kecuali Nabi SAW dan Ibnu Rawahah“. [HR. Bukhari 2 : 238]

عَنْ اَبِى بَكْرٍ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمنِ عَنْ رَجُلٍ مِنْ اَصْحَابِ النَّبِيّ ص قَالَ: رَاَيْتُ النَّبِيَّ ص يَصُبُّ اْلمَاءَ عَلَى رَاْسِهِ مِنَ اْلحَرّ وَ هُوَ صَائِمٌ. احمد و ابو داود

Dari Abu Bakar bin Abdur Rahman dari seorang laki-laki shahabat Nabi SAW, ia berkata, Aku melihat Nabi SAW menuangkan air ke kepala beliau karena cuaca panas sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. [HR. Ahmad dan Abu Dawud]

عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رض قَالَ: كُنَّا نُسَافِرُ مَعَ النَّبِيّ ص فَلَمْ يَعِبِ الصَّائِمُ عَلَى اْلمُفْطِرِ وَ لاَ اْلمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ. البخارى 2 : 238

Dari Anas bin Malik RA, ia berkata, ”Kami bepergian bersama Nabi SAW. Dan orang yang berpuasa tidak mencela orang yang berbuka, dan orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa. [HR. Bukhari 2 : 238]

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رض قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِى سَفَرٍ فَرَأَى زِحَامًا وَ رَجُلاً قَدْ ظُلّلَ عَلَيْهِ فَقَالَ: مَا هذَا؟ فَقَالُوْا: صَائِمٌ. فَقَالَ: لَيْسَ مِنَ اْلبِرّ الصَّوْمُ فِى السَّفَرِ. البخارى 2 : 238

Dari Jabir bin Abdullah RA, ia berkata : Ketika dalam suatu perjalanan, Rasulullah SAW melihat kerumunan orang, dan seseorang telah dinaungi. Beliau SAW bertanya, ”Ada apa ini ?. Mereka menjawab, ”Orang yang berpuasa. Maka beliau bersabda, ”Tidak termasuk  kebajikan berpuasa dalam bepergian. [HR. Bukhari 2 : 238]

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ فِى رَمَضَانَ، اِذَا صَامَ الرَّجُلُ فَنَامَ حَرُمَ عَلَيْهِ الطَّعَامُ وَ الشَّرَابُ وَ النّسَاءُ حَتَّى يُفْطِرَ مِنَ اْلغَدِ، فَرَجَعَ عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ مِنْ عِنْدِ النَّبِيّ ص ذَاتَ لَيْلَةٍ قَدْ سَمِرَ عِنْدَهُ فَوَجَدَ امْرَأَتَهُ قَدْ نَامَتْ فَاَيْقَظَهَا وَ اَرَادَهَا، فَقَالَتْ: اِنّى قَدْ نِمْتُ. فَقَالَ: مَا نِمْتُ. ثُمَّ وَقَعَ بِهَا. وَ صَنَعَ كَعْبُ بْنُ مَالِكٍ مِثْلَ ذلِكَ. فَغَدَا عُمَرُ بْنُ اْلخَطَّابِ اِلَى النَّبِيّ ص فَاَخْبَرَهُ، فَاَنْزَلَ اللهُ: عَلِمَ اللهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ. احمد و ابن جرير و ابن المنذر و ابن ابى حاتم بسند حسن

Dari Kaab bin Malik ia berkata : Dahulu pada bulan Ramadlan orang-orang apabila berpuasa (ketika tiba saat berbuka) lalu tidur, maka dia tidak boleh makan minum dan mencampuri istrinya hingga berbuka hari berikutnya. Pada suatu malam ‘Umar bin Khaththab datang dari sisi Nabi SAW setelah berbincang-bincang dengan beliau. Ketika itu ia mendapati istrinya telah tidur padahal ia ingin mencampurinya, lalu ia membangunkannya. Istrinya berkata, Sesungguhnya aku sudah tidur !. Umar berkata, Tetapi aku belum tidur !. Kemudian ‘Umar mencampurinya. Dan Kaab bin Malik pun berbuat seperti itu. Keesokan harinya ‘Umar bin Khaththab datang kepada Nabi SAW memberitahukan hal itu. Maka Allah menurunkan ayat alimalloohu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum (Allah mengetahui bahwasanya kalian menkhianati diri-dirimu (tidak dapat menahan nafsumu)). [HR. Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim dengan sanad Hasan]

عَنِ اْلبَرَاءِ رض قَالَ: كَانَ اَصْحَابُ مُحَمَّدٍ ص اِذَا كَانَ الرَّجُلُ صَائِمًا فَحَضَرَ اْلاِفْطَارُ فَنَامَ قَبْلَ اَنْ يُفْطِرَ لَمْ يَأْكُلْ لَيْلَتَهُ وَ لاَ يَوْمَهُ حَتَّى يُمْسِيَ وَ اَنَّ قَيْسَ بْنَ صِرْمَةَ اْلاَنْصَارِيَّ كَانَ صَائِمًا، فَلَمَّا حَضَرَ اْلاِفْطَارُ اَتَى امْرَأَتَهُ فَقَالَ لَهَا: اَ عِنْدَكِ طَعَامٌ؟ قَالَتْ: لاَ، وَ لكِنْ اَنْطَلِقُ فَاَطْلُبُ لَكَ وَ كَانَ يَوْمَهُ يَعْمَلُ فَغَلَبَتْهُ عَيْنَاهُ فَجَاءَتْهُ امْرَأَتُهُ. فَلَمَّا رَأَتْهُ قَالَتْ: خَيْبَةً لَكَ. فَلَمَّا انْتَصَفَ النَّهَارُ غُشِيَ عَلَيْهِ فَذُكِرَ ذلِكَ لِلنَّبِيّ ص، فَنَزَلَتْ هذِهِ اْلآيَةُ: اُحِلَّ  لَكُمْ لَيْلَةَ الصّيَامِ الرَّفَثُ اِلى نِسَآئِكُمْ، فَفَرِحُوْا بِهَا فَرَحًا شَدِيْدًا وَ نَزَلَتْ: وَ كُلُوْا وَ اشْرَبُوْا حَتّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلاَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ اْلاَسْوَدِ. البخارى 2: 230

Dari Al-Baraa RA, ia berkata, Dahulu para shahabat Nabi  Muhammad SAW, apabila seseorang berpuasa, dan datang waktu berbuka tetapi ia tidur belum berbuka, maka ia tidak makan di malam dan siang harinya sampai sore. Sesungguhnya Qais bin Shirmah Al-Anshari ia berpuasa. Ketika datang waktu berbuka, ia datang kepada istrinya, lalu berkata kepadanya, Apakah kamu mempunyai makanan ?. Istrinya menjawab, ”Tidak, tetapi saya akan berangkat untuk mencarikan (makanan) untukmu. Karena pada siang harinya ia bekerja, maka ia (lelah hingga) tertidur sampai istrinya datang. Ketika istrinya melihatnya (ia tertidur), lalu berkata, ”Rugilah kamu !. Kemudian ketika tengah hari ia pingsan, maka hal itu diceritakan kepada Nabi SAW, maka turunlah ayat ini Uhilla lakum lailatash shiyaamir rafatsu ilaa nisaaikum (Dihalalkan bagimu pada malam hari berpuasa menggauli istrimu). Maka para shahabat sangat gembira karenanya, dan turunlah ayat Wa kuluu wasyrabuu hattaa yatabayyana lakumul khaithul abyadlu minal khaithil aswadi  (Dan makan dan minumlah sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam). [HR. Bukhari 2 : 230]

عَنْ عَدِيّ بْنِ حَاتِمٍ رض قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: حَتّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ اْلخَيْطُ اْلاَبْيَضُ مِنَ اْلخَيْطِ اْلاَسْوَدِ مِنَ اْلفَجْرِ، قَالَ لَهُ عَدِيُّ بْنُ حَاتِمٍ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اِنّى اَجْعَلُ تَحْتَ وِسَادَتِى عِقَالَيْنِ: عِقَالاً اَبْيَضَ وَ عِقَالاً اَسْوَدَ. اَعْرِفُ اللَّيْلَ مِنَ النَّهَارِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنْ وِسَادَتَكَ لَعَرِيْضٌ. اِنَّمَا هُوَ سَوَادُ اللَّيْلِ وَ بَيَاضُ النَّهَارِ. مسلم 2: 766

Dari Adiy bin Hatim RA, ia berkata : Ketika turun ayat Hattaa yatabayyana lakumul khaitul abyadlu minal khaithil aswadi minal fajri (Sehingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam dari fajar), Adiy bin Hatim berkata kepada Rasulullah SAW, Ya Rasulullah, sesungguhnya aku melelakkan dua simpul benang, yaitu benang putih dan benang hitam dibawah bantalku yang aku gunakan untuk mengetahui pergantian malam dengan siang. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Kalau begitu bantalmu lebar sekali ?. Sesungguhnya (yang dimaksud ayat tersebut) adalah hitamnya malam dan putihnya siang”. [HR. Muslim 2 : 766]

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ ص يُقَبّلُ وَ يُبَاشِرُ وَ هُوَ صَائِمٌ وَ كَانَ اَمْلَكَكُمْ ِلاِرْبِهِ. البخارى 2 : 233

Dari Aisyah RA, ia berkata, Nabi SAW mencium dan bercumbu padahal beliau berpuasa, dan beliau adalah orang yang paling bisa menguasai nafsunya diantara kamu sekalian. [HR. Bukhari 2 : 233]

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: اِنْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص لَيُقَبّلُ بَعْضَ اَزْوَاجِهِ وَ هُوَ صَائِمٌ ثُمَّ ضَحِكَتْ. البخارى 2 : 233

Dari Aisyah RA, ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah mencium diantara para istri beliau sedangkan beliau berpuasa. Kemudian istrinya tertawa”. [HR. Bukhari 2 : 233]

عَنْ عَائِشَةَ وَ اُمّ سَلَمَةَ زَوْجَيِ النَّبِيّ ص اَنَّهُمَا قَالَتَا: اِنْ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص لَيُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ غَيْرِ احْتِلاَمٍ فِى رَمَضَانَ ثُمَّ يَصُوْمُ. مسلم 2 : 781

Dari ‘Aisyah dan Ummu Salamah istri Nabi SAW, keduanya berkata, Sesungguhnya dahulu Rasulullah SAW pernah pada waktu shubuh di bulan Ramadlan masih dalam keadaan junub karena persetubuhan bukan karena mimpi, kemudian beliau tetap berpuasa. [HR. Muslim 2 : 781]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اِذَا نَسِيَ فَاَكَلَ وَ شَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ، فَاِنَّمَا اَطْعَمَهُ اللهُ وَ سَقَاهُ. البخارى 2 : 234

Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Apabila seseorang sedang berpuasa, lalu lupa sehingga makan dan minum, maka hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Hanyasanya Allah memberikan makan dan minum kepadanya”. [HR. Bukhari 2 : 234]

عَنْ عَائِشَةَ رض قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا دَخَلَ اْلعَشْرُ اَحْيَا اللَّيْلَ وَ اَيْقَظَ اَهْلَهُ وَ شَدَّ اْلمِئْزَرَ. البخارى و مسلم

Dari Aisyah RA, ia berkata, Adalah Rasulullah SAW apabila memasuki malam-malam sepuluh (akhir Ramadlan) beliau menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikat pinggang (bersungguh-sungguh beribadah). [HR. Bukhari dan Muslim]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رض قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ النَّبِيّ ص اِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، هَلَكْتُ. قَالَ: مَا لَكَ؟ قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى وَ اَنَا صَائِمٌ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيْعُ اَنْ تَصُوْمَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟ قَالَ: لاَ. فَقَالَ: فَهَلْ تَجِدُ اِطْعَامَ سِتّيْنَ مِسْكِيْنًا؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَمَكَثَ عِنْدَ النَّبِيّ ص فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذلِكَ اُتِيَ النَّبِيُّ ص بِعَرَقٍ فِيْهِ تَمْرٌ، وَ اْلعَرَقُ اْلمِكْتَلُ. قَالَ: اَيْنَ السَّائِلُ؟ فَقَالَ: اَنَا. قَالَ: خُذْ هَا فَتَصَدَّقْ بِهِ. فَقَالَ الرَّجُلُ: اَ عَلَى اَفْقَرَ مِنّى يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ فَوَ اللهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا يُرِيْدُ اْلحَرَّتَيْنِ اَهْلُ بَيْتٍ اَفْقَرَ مِنْ اَهْلِ بَيْتِى. فَضَحِكَ النَّبِيُّ ص حَتَّى بَدَتْ اَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ: اَطْعِمْهُ اَهْلَكَ. البخارى 2 : 235

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Nabi SAW, tiba-tiba seorang laki-laki datang kepada beliau lalu berkata, Wahai Rasulullah, saya binasa. Beliau  bertanya, Ada apa engkau ?. Ia berkata, ”Saya menyetubuhi istriku diwaktu aku puasa (Ramadlan). Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ”Apakah kamu mempunyai budak yang bisa kamu merdekakan ?. Ia menjawab, ”Tidak. Beliau bersabda, ”Apakah kamu mampu untuk berpuasa dua bulan berturut-turut ?. Ia menjawab, ”Tidak . Beliau bersabda, Apakah kamu dapat memberi makan enam puluh orang miskin ?. Ia berkata, “Tidak”. (Abu Hurairah) berkata : Lalu orang tersebut diam di sisi Nabi SAW. Ketika kami dalam keadaan demikian itu tiba-tiba dibawakan satu araq kurma kepada Nabi SAW. Adapun ‘araq maksudnya adalah miktal (keranjang). Beliau bersabda, Dimana orang yang bertanya tadi ?. Ia menjawab, “Saya”. Beliau bersabda, Ambillah ini dan sedeqahkanlah. Ia berkata kepada beliau, Apakah kepada orang yang lebih faqir daripada saya, wahai Rasulullah ? Demi Allah, diantara dua tepian kota Madinah (yang ia maksudkan dua tanah berbatu hitam), tidak ada keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku. Maka Nabi SAW tertawa sehingga nampak gigi taring beliau. Kemudian beliau bersabda, Berikan makan keluargamu dengan kurma itu. [HR. Bukhari 2 : 235]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ: مَنْ اَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ وَ لاَ مَرَضٍ لَمْ يَقْضِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ وَ اِنْ صَامَهُ. البخارى 2: 235

Dari Abu Hurairah, ia merafakannya (ia mengatakan dari Nabi SAW), Barangsiapa berbuka satu hari pada bulan Ramadlan tanpa halangan dan bukan karena sakit, maka tidak bisa diganti dengan puasa selamanya, jika dia akan melakukannya. [HR. Bukhari 2 : 235]

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: مَنْ اَفْطَرَ يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ رُخْصَةٍ لَمْ يُجْزِهِ صِيَامُ الدَّهْرِ. ابن ماجه 1 : 535

Dari Abu Hurairah ia berkata : Nabi SAW bersabda, Barangsiapa berbuka sehari di bulan Ramadlan bukan karena keringanan (yang diberikan Allah padanya), maka tidak bisa diganti dengan puasa selamanya. [HR. Ibnu Majah 1 : 535]

 

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment